Rabu, 10 Mei 2017

KENAPA PERLU BELAJAR TELEPATI? (5)

Telepati Dengan Pendekatan 'Relijius'

Setelah kita memahami telepati dengan pendekatan budaya, maka kita masuk ke jenis telepati dengan pendekatan relijius atau keagamaan. Yang mana jenis yang ini banyak sekali dan umum digunakan.

Telepati jenis ini biasanya menggunakan metode pengiriman pesan jarak jauh dengan petikan ayat ayat suci, petikan hadits atau seperangkat doa (bisa juga disebut dengan hizib, aurood) yang sudah disusun oleh tokoh tokoh spiritual yang diyakini bisa menyebabkan efek tertentu.

Yang paling famous mungkin penggunaan ayat atau surah agar orang orang jadi lebih perhatian sama dia, supaya menaklukkan hati orang yang disukai, menarik pulang orang yang sudah kabur, meredakan hujan, supaya urusan lancar sampai penggunaannya untuk dapat tempat parkiran.

Saya menyebutnya pendekatan ‘relijius’ bukan berarti hal ini memang benar benar diajarkan agama. Sebab intinya sebenarnya bukan bacaannya, tapi niat dibaliknya. Bacaan yang berbau arab digunakan untuk faktor pemicu kekuatan bawah sadar agar aktif dan melakukan pengiriman pesan, sebatas yang diizinkanNya.

Sebab adalah hal yang aneh jika menggunakan ayat ayat atau surah untuk tujuan keduniaan (kecuali memang ada hadits atau asbabul wurud yang menyebutkan fadhilahnya).

Masak make surah yusuf buat melet anak orang? Emangnya surah yusuf tujuan diturunkannya untuk melet ya? Hahaha :D

Ada juga yang menggunakan petikan ayat untuk mendapatkan kekebalan. 

Pertanyaannya, apakah benar Allah menurunkan ayat ayat itu supaya kita nggak mempan dibacok? Emang maksud ayatnya sebenarnya apa? :D

Kesimpulan mengapa saya menyebutkan bahwa kekuatan itu bukan berasal dari bacaan melainkan niat dibaliknya adalah kasus, dimana ada orang yang menggunakan al fatihah untuk nyantet orang dan berhasil!

Ada teman saya yang menggunakan semacam zikir yang dipraktekkan dengan cara tertentu untuk menimbulkan kekacauan dan bahkan untuk ilmu pengasihan. 

Ada juga dukun yang menggunakan pendekatan zikir ini dan saya mendengarnya bangga pernah ngebunuh 2 orang disatu gang dengan ilmu itu.

Ngebunuh orang dengan zikir?

Ow come on man!

Semua fakta diatas semakin meyakinkan saya bahwa bukan jenis bacaan atau seberapa ‘arab’ suatu doa atau ilmu hikmah, tapi niat dan keyakinan dibaliknya, yang dipicu oleh berbagai faktor yang menghipnotis si praktisi sehingga mencapai keyakinan yang amat besar pada suatu doa atau bacaan itu.

Bersambung..

belajartelepati.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar